Postingan

GenRe Anti TRIAD KRR

Gambar
GenRe Anti TRIAD KRR   Widianti Dommi Apalagi ungkapan yang layak bagi sebuah negeri yang hidup dalam kenyataan yang suram. Apa itu negeri ? Sebagian masyarakat menyatakan bahwa negeri adalah tempat atau wilayah, tetapi masyarakat lainnya menyatakan bahwa negeri adalah sebuah perjalanan hidup yang bersejarah. Sangat jelas bahwa dari pernyataan ini akan menimbulkan perilaku yang berbeda terutama dalam “Konsekuensi”. Masyarakat yang menyatakan negeri hanya sekedar sebuah tempat akan cenderung mencari atau menjalani hidupnya tanpa memikirkan konsekuensi. Namun, bagi masyarakat yang menyatakan negeri sebagai sebuah perjalanan hidup yang bersejarah akan menjalani hidup dengan rasa menghargai akan martabat negeri ini. Darimana dan bagaimana negeri ini berdiri, semua jelas bergantung pada mereka “Generasi Berencana“. Generasi berencana adalah setiap jiwa yang punya komitmen untuk membangun negeri pada hari depan. Tapi, dengan apa komitmen itu dinyatakan? jawabannya hanya sat

Mahameru

Gambar
Mahameru,.... Jemari tanganku kaku membeku. Terpaan angin malam menjelang pagi seperti mengisap darah di balik kulitku yang tipis. Bungkusan sarung tangan juga otot dan tulang tak berdaya. Aku mungkin kalah dari angin dan dinginnya mahameru ini. Gelap mencekam, ketujuh teman seperjalanan tak lagi sejangkauan mata. Pendaki lain yang tak kukenal sesekali lewat mendahului langkah gemetarku. Tidak lagi dengan kaki yang kuat aku menapak, tidak juga dengan tangan kokoh aku melaju. Takut menggelayuti pikiranku. Tak ada teman di kiri dan kanan atau di depan dan belakang. Kucoba berhenti, mana tahu menunggu lima menit, diantara temanku akan ada yang menyusul. Tapi angin malam menjelang pagi itu tidak mau berkompromi. Tidak dikecualikannya tubuh kecilku yang semakin mengisut. Tidak berjalan terus membuatnya semakin merajalela menyerangku. Tubuh tegak berdiri bukan strategi yang tepat di medan sedemikian miring, dingin, dan berpasir ini. Kaki lunglai sekalipun hanya u

Yap Thiam Hien:Sang Pendekar Keadilan

Gambar
RESENSI BUKU Yap Thiam Hien Sang Pendekar Keadilan Ia lahir di banda aceh, 25 mei 1913. Ibunya meninggal saat Yap berusia 9 tahun sedangkan ayahnya sering keluar kota berusaha membangkitkan bisnis mereka yang gulung tikar. Yap dan kedua saudaranya beruntung mendapat kasih sayang dan didikan yang baik dari nenek asuh berkebangsaan Jepang, Sato Nakashima. Perempuan Jepang ini kerap membacakan buku cerita yang berkisah tentang samurai. Ia selalu menutup ceritanya dengan pesan; jadilah pemberani yang setia seperti samurai, jangan pernah takut jika memang benar, dan kebenaran pada akhirnya pasti menang. Walaupun sang ayah sibuk dengan bisnisnya, Sin Eng mendukung penuh pendidikan terbaik untuk anak-anaknya. Di Kutaraja, yang sekarang disebut Banda Aceh Yap mengecap sekolah dasar dengan pengantar bahasa Belanda. Yap tidak mengalami kesulitan dengan hal tersebut. Setelah lulus ELS tahun 1926, Yap melanjutkan ke MULO di Batavia. Ia lulus dari MULO tahun 1929 namun diminta ayah

Menjadi Perempuan Indonesia: Jangan Gegabah

Beberapa hari setelah melahirkan anak kandung pertama sekaligus anak terakhirnya pada tanggal 13 September 1904, Kartini meninggal di usia 25 tahun. Tidak lama baginya memerankan ibu kandung tetapi sepanjang usia Indonesia, Kartini menjadi ibu dari kemerdekaan perempuan. Sebagai pahlawan nasional Indonesia yang memperjuangkan emansipasi wanita, Kartini membuka gerbang bagi perempuan di negeri ini untuk dapat mengakses pendidikan. Sebagai bagian dari buah perjuangan Kartini, saat ini perempuan dengan leluasa memperoleh pendidikan setinggi-tingginya, dalam atau luar negeri. Perempuan tidak dibatasi lagi oleh norma-norma, benar-benar bebas memilih sekolah, jurusan, profesi, dan pasangan hidup tak terkecuali. Maka, pada 2001-2004 Indonesia memiliki seorang presiden perempuan, di berbagai daerah kita juga menemukan kepala daerah perempuan yang dengan sadar dipilih dan dipercaya masyarakat. Hal ini tentu menunjukkan perkembangan paradigma terhadap perempuan di tengah-tengah masyarakat I

Conello & MU

Gambar
Layaknya menyaksikan rembulan direnggut gemawan kelam, aku tidak dapat mengabaikan sepotong sesal kala melihat foto kau berpose dengannya di wall facebook-ku. Tidak ada alasan logis untuk cemburu apalagi marah. Wajah yang sempat mengerut karena kejutanmu, kucoba hiasi dengan seyum dan coba   menemukannya pada cermin. Aku tidak tahu persis mengapa ada lelaki di dunia ini mau jatuh hati pada seorang gadis culun yang berdasarkan standar kecantikan kebanyakan orang, gadis itu dapat dikategorikan berwajah udik dan jauh dari kata menarik. Sepemahamanku, lelaki suka kalap melihat gadis bohai nan seksi dan terpana ketika menikmati indah wajah wanita yang sebagai bidadari. Dan kau, dengan es krim conello menghampiriku, menyodorkannya padaku. Tak berani mataku lekat pada wajahmu, kuterima saja dan kulahap sebab memang hari itu aku sedang sangat ingin menikmati dingin dan manisnya sepotong es krim. Sesuatu berbisik memberitahu bahwa sepotog es krim adalah sebuah tanda.  Es krim di tanganku

Sampai Ketemu Lagi

Gambar
“Suara-suara kendaraan dari kejauhan seakan memberitahu bahwa tak lagi ada kamu di kota ini”              Setiap pertemuan berujung pada datangnya hari perpisahan. Klasik diucap mereka yang ditinggal maupun yang meninggalkan. Berjabat tangan dan bertukar nama menjadi mula, peluk, dan salam pisah di kemudian. Memang tidak selebay yang digambarkan sinetron-sinetron di negeri ini. Bermalam-malam menangis sambil memeluk bantal atau berhari-hari tidak selera makan. Tetapi mengingat seseorang tak tergapai muka ke muka lagi menciptakan ruang yang sepi. Kecil ruang itu, dapat ditepis dengan nada-nada gitar atau tawa teman-teman yang masih di sini. Tidak sediam sumur kosong yang dalam. Hanya sesepi rumah yang ditinggal semalam oleh penghuninya. Namun, aku memilih merasakan dan mendengarnya lebih seksama. Siapa tahu, ruang sepi itu hendak menyampaikan sesuatu untuk kumengerti.             Lalu, potongan-potongan memori yang dilalui bersama berkelabat di atas kepala. Pertemuan pertama d